judul animasi
Minggu, 28 Maret 2021
Selasa, 16 Maret 2021
Buku Motivasi Berolahraga
Jumat, 12 Maret 2021
Rabu, 10 Maret 2021
Pengelolaan Motivasi Olahraga dalam Kepelatihan
OLAHRAGA digemari anak-anak, pemuda dan para orang tua
karena memiliki daya tarik untuk mengembangkan berbagai kemampuan, menumbuhkan
harapan-harapan, memberikan pengalaman yang membanggakan, meningkatkan
kesehatan jasmani, dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan praktis dalam hidup
sehari-hari, dan sebagainya.
Melalui olahraga para pemuda dapat kesempatan luas untuk
mengembangkan kemampuan, mendapatkan pengakuan dan popularitas, menemukan
teman-teman baru, pengalaman bepergian dan bertanding yang mendatangkan
kegembiraan dan kepuasan.
Kompetisi menimbulkan keadaan penuh stress dan dapat
menimbulkan kecemasan atau anxiety, serta tantangan untuk mengatasi
berbagai perasaan. Menurut Lawter dengan berolahraga timbul
macam-macam dorongan untuk bertindak sebaik-baiknya yang merupakan sebagian
dorongan untuk mengembangkan diri-sendiri atau “self-improvement”.
Melalui
olahraga orang berharap dapat mencapai kepuasan. Kepuasan tersebut bentuknya
beraneka-ragam, dan bagi atlet salah satu bentuk kepuasan yang utama adalah
tercapainya prestasi yang setinggi-tingginya atau suatu kemenangan dalam
pertandingan. Harapan untuk sukses dalam mencapai prestasi atau memenangkan
pertandingan tersebut tidak selalu dapat tercapai, sehingga dapat menimbulkan
masalah-masalah emosional.
¨¨¨
Sehubungan
dengan sasaran atau target yang ingin dicapai seseorang, Adiseshiah dan Parry membahas
dan menghubungkan dengan tingkat aspirasi atau “level of aspiration”,
dan mengemukakan bahwa motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan tingkat
aspirasi individu yang bersangkutan. Apabila tingkat aspirasi seseorang lebih
tinggi dari kemampuannya, dan individu yang bersangkutan selalu gagal untuk
mencapainya, akan dapat memberi pengaruh buruk pada motivasinya.
Tingkat
aspirasi mempunyai jangkauan yang jauh, sedangkan harapan untuk sukses
jangkauannya tidak selalu jauh. Harapan untuk sukses dapat tertuju pada sasaran
jangka pendek, terhadap aktivitas-aktivitas atau peristiwa tertentu; misalnya
sukses dalam suatu perlombaan.
Menjadi
tugas para pelatih dan pembina olahraga untuk memberi petunjuk, gambaran dan
pengarahan, sehingga atlet yang dibina tidak menetapkan harapan untuk sukses
terlalu tinggi dan akhirnya tidak dapat dicapai atlet. Pelatih dan pembina
olahraga harus dapat menimbulkan motivasi atlet, baik untuk jangka pendek
maupun untuk jangka panjang dengan menggunakan kemampuan analisis yang
secermat-cermatnya, sehingga atlet yang bersangkutan menetapkan tingkat
aspirasi dan harapan untuk suksesnya tidak berbeda jauh dari kemampuannya,
kondisi seperti ini yang sering diterapkan oleh mantan pemain bulutangkis
Indonesia Hendrawanyang pernah menjadi Juara Dunia 2001 di Sevilla,
Spanyol.
¨¨¨
Seorang
pelatih dan pembina olahraga dapat mempengaruhi anak didiknya sehingga timbul
motivasi yang kuat untuk berlatih, baik sesudah atlet mengalami kemenangan
maupun sesudah mengalami kekalahan. Orang yang termotivasi mempunyai keinginan
dan kemauan untuk menghadapi dan mengatasi rintangan-rintangan/kekalahan.
Bahkan setiap olahragawan berprestasi ( top-atlet ) memiliki sikap positif
terhadap kesalahan. Mereka tidak menyebutnya kesalahan, tetapi latihan. Bjorn
Borg, John McEnroe, atauMartina Navratilova sekalipun,
telah ribuan kali menyangkutkan bola di net dalam perjalanan panjang menuju
prestasi puncak tennis. Tidak ada pelatih yang menilai pukulan seperti itu
sebagai kegagalan. Semua itu adalah bagian yang sangat penting dalam proses
belajar.
Pemain-pemain
yang selalu mengalami kekalahan / kegagalan dalam pertandinganpun dapat
dimotivasi untuk tetap berolahraga dan berlatih dengan terlebih dahulu
mengatasi kegagalan tersebut. Tidak seorang pun dapat memiliki motivasi diri
dan tekad yang ideal selain mereka yang pernah mengatasi kesulitan-kesulitan
luar biasa untuk meraih tingkat-tingkat keberhasilan yang istimewa. Hal ini
pernah dialami oleh mantan pebulutangkis Indonesia Joko Suprianto .
Setelah gagal secara beruntun, dia kemudian memenangi turnamen kecil, Swiss
Terbuka 1992. Setelah itu, Joko langsung subur gelar, termasuk
jadi Juara Dunia 1993 di Birmingham, Inggris.
¨¨¨
Tehnik-tehnik
me-motivasi merupakan hal sangat penting untuk dikuasai pelatih dan pembina
olahraga agar dapat melakukan pembinaan dengan sebaik-baiknya.
Tehnik
untuk meningkatkan motivasi antara lain teknik verbal dan teknik insentif.
Teknik verbal dapat dilakukan dengan cara pembicaraan pembangkit semangat,
pendekatan individu, diskusi. Sedangkan teknik insentif adalah hal-hal yang
disediakan oleh lingkungan ( pelatih dan pembina olahraga ) dengan maksud
merangsang anak didik berlatih lebih giat dan lebih baik dengan cara memberi
hadiah yang berupa materi atau lainnya. Insentif dapat untuk memuaskan atau
tidak memuaskan kebutuhan individu. Insentif dapat menjadi tujuan atau identik
dengan tujuan. Jadi, terdapat hubungan yang erat antara motivasi dan insentif.
Pelatih
dan Pembina olahraga sering kali menggunakan insentif untuk memberikan motivasi
kepada anak didik untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan. Insentif ini
akan bermanfaat apabila mengandung tujuan yang akan memberikan kepuasan kepada
kebutuhan psikologis anak didik. Karena itu pelatih dan pembina olahraga harus
kreatif dan imajinatif menyediakan insentif tersebut. Pelatih dan pembina
olahraga pertama-tama harus mengetahui dan memahami motivasi dan harapan atlet
yang dibina, untuk kemudian memberi kesempatan dan memikirkan lebih lanjut
kemungkinan memberi insentif kepada atlet yang bersangkutan. Perlu diingat juga
bahwa pemberian insentif tidak harus dalam bentuk pemberian materi atau uang,
bahkan sebaiknya diberikan dalam bentuk yang lain ( misalnya: piagam
penghargaan, tanda-tanda jasa, dan sebagainya ).
Adalah
menjadi tanggung jawab pelatih dan pembina olahraga agar pelatihan yang
diberikannya berhasil dengan baik. Keberhasilan ini banyak bergantung pada
usaha pelatih dan pembina olahraga membangkitkan motivasi berlatih anak didik.
Dalam garis besarnya motivasi mengandung nilai-nilai
sebagai berikut.
a) Motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya
perbuatan berlatih anak didik. Berlatih tanpa adanya motivasi kiranya sulit
untuk berhasil.
b) Pelatihan yang bermotivasi pada hakikatnya adalah
pelatihan yang disesuaikan dengan kebutuhan, dorongan, motif, minat yang ada
pada anak didik. Pelatihan yang demikian sesuai dengan tuntutan demokrasi dalam
pelatihan.
c) Pelatihan yang bermotivasi menuntut kreativitas dan
imajinasi pelatih dan pembina olahraga untuk berusaha secara sungguh-sungguh
mencari cara-cara yang relevan dan sesuai guna membangkitkan dan memelihara
motivasi berlatih anak didik. Pelatih dan pembina olahraga senantiasa berusaha
agar anak didik akhirnya memiliki self motivation yang baik.
d) Berhasil atau gagalnya dalam membangkitkan dan
menggunakan motivasi dalam pelatihan erat pertaliannya dengan pengaturan
disiplin. Kegagalan dalam hal ini mengakibatkan timbulnya masalah disiplin
didalam team/perkumpulan.
e) Asas motivasi menjadi salah satu bagian yang integral
daripada asas-asas melatih. Penggunaan motivasi dalam melatih bukan saja
melengkapi prosedur pelatihan, tetapi juga menjadi faktor yang menentukan
pelatihan yang efektif. Demikian penggunaan asas motivasi adalah sangat
esensial dalam proses pelatihan.